Senin, 04 Maret 2013

The Kite Runner

Kategori:Buku
JenisSastra & Fiksi
Penulis:Khaled Hosseini
Judul Buku: The Kite Runner
Penulis: Khaled Hosseini
Penerbit: Qanita PT. Mizan Pustaka
Tebal Buku: 490
Harga Buku: Rp. 69.000

Untukmu, keseribu kalinya.

Diawali dengan gambaran sang tokoh utama Amir yang berkilas balik ke jaman masa-masa kanak-kanaknya dulu. Masa ketika dunia begitu berwarna ketika hanya ada Amir dan sahabatnya tersayang Hasan. Sebuah persahabatan yang tak lekang oleh waktu meski akhirnya waktu dan kondisilah yang akhirnya memisahkan mereka berdua.

Dengan latar belakang sebuah Negara bernama Afghanistan, ketika masa sebelum peperangan meletus. Masa sebelum kerajaan yang memerintah pada saat itu akhirnya digulingkan dan mulai penjajahan yang dilakukan Rusia, para Mujahidin dan kemudian Taliban yang berkuasa, semua digambarkan bak neraka oleh sang pengarang.

Sisi balik dari sebuah pandangan baru yang tidak semua orang mampu melihatnya. Sebuah dunia yang ceria bagi kedua sahabat Amir dan Hasan. Kehidupan yang tak ada bedanya dengan anak-anak pada umumnya bermain dan bermain. Kehidupan mereka pun tak lepas dari yang namanya penindasan dari teman sebaya yang merasa diri berkuasa atas yang lain. Disinilah awal sebuah petaka terjadi. Sebuah peristiwa yang merubah persahabatan menjadi sebuah permusuhan dari pihak Amir yang merasa diri tidak mampu melakukan sesuatu bagi sahabatnya Hasan yang selama ini selalu membela dan berdiri disampingnya apapun yang terjadi. Hasan yang selalu menurut apapun yang diinginkan oleh Amir. Karena dalam buku digambarkan bahwa Hasan ini adalah anak dari seorang pembantu yang bekerja di rumah Amir.

Penulis cukup piawai dalam merangkai satu peristiwa dengan peritiwa yang lain. Diawali dengan kehidupan Amir dewasa yang kemudian kilas balik ke masa kecil dan kemudian memulai langkah baru demi memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya kepada sahabat tercintanya Hasan.
Dibalik keberanian penulis yang berani menggambarkan Afghanistan dari sisi baru, yaitu salah satunya dalam penggambaran Taliban yang tidak sedikit yang menganggapnya seorang pahlawan bagi ummat Islam yang tertindas, tapi tidak dalam buku ini. Taliban muncul sebagai sosok yang merusak Afghanistan, seolah musuh dalam selimut. Meski para Taliban ini sangat lekat ibadahnya kepada Tuhan tapi tidak mahir dalam mengurus pemerintahan yang ada. Karena mereka berbuat semena-mena terhadap penduduk disana merasa diri pahlawan dan berhak melakukan apapun yang dirasa benar atas nama agama. Tak jarang digambarkan banyak kejadian yang membuat kening pembaca berkerut atas tindakan para Taliban ini. Dalam penggambaran penulis dalam hal Taliban bisa menjadi bumerang bagi sang penulisnya sendiri. Satu sisi penulis diacungi jempol atas keberaniannya menggambarkan Taliban dari sisi yang banyak orang tidak ketahui. Satu sisi tidak sedikit juga yang tidak setuju dengan keberanian nya penulis karena Taliban adalah sosok pahlawan yang berani mengambil tindakan dalam pemerintahan afghanistan seperti keberaniannya melawan Rusia termasuk negara-negara barat, meski sebenarnya Taliban sendiri dipersenjatai oleh pihak barat untuk melawan Rusia.

Perjalanan kembali Amir yang mencari serpian-serpihan masa lalunya ke Afghanistan cukup membuat pembaca berdebar-debar. Dan terasa ikut terbawa ke masa Afghanistan yang luluh lantak akibat perang yang tak berkesudahan hingga kini.

Dalam langkahnya memperbaiki masa lalu Amir mendapatkan informasi bahwa Hasan ternyata sudah meninggal ketika mencoba mempertahankan rumah yang selama ini didiami oleh Amir beserta ayahnya ditangan para Taliban. Dan Hasan pun sudah memiliki anak bernama Sohrab yang naasnya saat itu masih terjebak dalam kekabutan Afghanistan dan kemungkinan jatuh ke tangan Taliban. Disinilah perjalanan Amir dimulai. Perjuangannya mendapatkan kembali Sohrab demi persahabatannya dengan Hasan yang ternyata adalah saudara tiri Amir. Sebuah masa lalu yang pelik yang akhirnya menjawab semua tanda tanya Amir akan sikap ayahnya yeng begitu perhatian dan sayang kepada sosok Hasan.

Darah memang kental daripada air pepatah ini terbukti dari perjuangan Amir mendapatkan kembali satu-satunya saudara yang masih tertinggal baginya yaitu Sohrab yang ternyata memang jatuh ke tangan Taliban dan dijadikan pemuas nafsu para pejuang Taliban.

Sebuah pertarungan hebat akhirnya terjadi ketika Amir mencoba mendapatkan kembali Sohrab yang ternyata orang Taliban yang memiliki Sohrab adalah teman semasa kecilnya dahulu yang sering menindas Amir dan Hasan ketika mereka masih kecil. Meski Amir hanya terdiam mengalah dipukul habis-habisan oleh Sang Taliban, Amir merasa saat itu adalah pembayaran yang seimbang demi kesalahan yang pernah dilakukannya dahulu terhadap Hasan, yang sering dijadikan bual-bualan dan pernah mengalami pelecehan seksual dan Amir hanya bisa terdiam saja. Sohrab lah yang pada akhirnya menyelamatkan Amir dengan ketapelnya dan mereka berdua berhasil melarikan diri.

Perjalanan masih berlanjut ketika Amir berusaha mengadopsi Sohrab menjadi anaknya dan dibawanya ke Amerika, yang memang Amir masih juga tidak dikaruniai anak. Masa lalu Sohrab yang kelam akibat perbuatan para Taliban membuatnya sulit untuk diajak berkomunikasi.

Amir tidak pernah berhenti untuk membuatnya kembali tertawa. Sebuah permainan layang-layanglah yang akhirnya membuat kembali sosok Sohrab mulai membuka diri. Sebuah permainan yang dulu sangat terkenal dikalangan penduduk Afghanistan yang mulai ditiadakan pada masa pemerintahan Taliban. Permainan yang mengeratkan dua sahabat Amir dan Hasan yang juga mengakhirinya. Dan dalam permainan layang-layang inilah Amir berhasil membuat Sohrab kembali tersenyum ditengah kota besar Amerika bernama Chicago.
"Untukmu, keseribu kalinya" teriak Amir kepada Sohrab sambil berlari menyongsong layang-layang seolah kembali ke masa lalunya bersama Hasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar