Senin, 04 Maret 2013

Why Men don't listen and women can't read a maps

Kategori:Buku
JenisNonfiksi
Penulis:Allan and Barbara Pease
Dua makhluk yang Allah ciptakan, yaitu pria dan wanita memang dua makhluk yang berbeda, dari sifat, fisik, serta karakteristiknya. Itu yang dikatakan dalam buku Why Men don't listen and women can't read a maps oleh Allan and Barbara Pease. Kenapa kalau wanita berbicara sepertinya tidak pernah ada kata habis untuk diucapkan dan marah ketika teman bicara nya adalah seorang pria yang tidak menyimak.

Didalam buku ini dimulai dengan latar belakang dari seorang pria dan wanita. sejarahnya seperti apa. Dimulai dari semenjak dalam kandungan, hormon yang menyertainya, wanita dan pria memang telah dilahirkan berbeda. Atau istilah dalam buku ini pria dan wanita adalah spesies yang sama dengan dunia yang berbeda.

Mengupas secara detail bagaimana seorang wanita bisa melakukan beberapa hal sekaligus, dan pria jika sedang mempunyai masalah lebih memilih untuk menyendiri dan menghindar kebalikan dari wanita jika mempunyai masalah lebih suka untuk dibagi dan dibicarakan. Kita bisa melihat kenapa kadang kita mempunyai konflik dengan pasangan kita. Dan menganggap makhluk dihadapan kita adalah orang yang jauh dari prasangka kita, ketika merasa kenal atau dekat dengannya tapi setelah lama hidup bersama perbedaan itu begitu terasa berbeda. Disinilah seninya dalam berhubungan dengan lawan jenis.

Kadang saya merasa geli, jika mendengar berita di infotaintment ketika ada artis yang cerai mengatakan kita tidak ada kecocokan lagi, perbedaan itu terlalu besar. Maksudnya apa? Karena mau dibawa sejauh manapun perbedaan antar pria dan wanita itu akan selalu ada, kita lah sebagai manusia yang harus pintar mensiasatinya. Itulah seni dalam kehidupan. Jika kita memilih menyudahi dan memulai lagi hal itu akan kembali terulang lagi dan lagi tidak akan berhenti.

Buku ini mengajak kita membuka mata seperti apakah yang namanya pria dan wanita. Jadi ketika kita mengetahuinya kita akan lebih banyak maklum dan memahaminya bukan lagi sekedar mengerti. Ketika menghadapi seorang wanita yang PMS lebih baik seorang pria lebih banyak diam dan jangan mencarikan solusi ketika wanita ingin berbicara atau tepatnya curhat, kecuali ketika diminta.

Ada bagian yang cukup menarik ketika dikatakan kenapa wanita mempunyai intuisi yang kuat akan pasangannya atau terhadap anak-anaknya. Seorang wanita akan tahu jika pasangannya mulai "bermain" atau anaknya menyembunyikan sesuatu dibelakang sang Ibu. Itu semua karena seorang wanita terbiasa untuk lebih peka akan kebutuhan anggota keluarganya. Sebagai contoh, mungkin ketika seorang ibu bisa cepat tanggap akan kebutuhan bayinya ketika menangis, sudah tahu apa yang dibutuhkan si bayi. Dan itu terus ada dalam diri si wanita, pun ketika pasangannya berbuat sesuatu dibelakang si wanita. Makanya, menurut buku ini, lebih banyak penyihir atau cenayang adalah wanita karena intuisi nya yang kuat dibandingkan pria.

Seorang wanita yang tidak bisa membedakan arah kanan dan kiri jadi jangan harap jika ditanya tentang peta. Atau pria ketika lelah dan penat yang dipikirannya adalah mengeluarkan semuanya dengan seks. Seorang pria yang jika dikatakan " Bisa tidak membenarkan pipa bocor?" Rasa egois atau harga dirinya merasa terusik. Dan wanita yang lebih banyak menghindari konflik atau mencarikan barang dengan tanpa banyak bicara ketika pasangannya mulai marah ketika tidak menemukan kaos kakinya.

Hal lain lagi yang menarik adalah tentang lahirnya kaum gay atau lesbian. Dibuku ini dikatakan kalau hal ini memang sudah bawaan lahir. Karena setelah diteliti, seorang pria yang gay lebih cenderung mempunyai sel kewanitaan (esterogen) lebih banyak dibanding pria pada umumnya. Atau untuk wanita jika dalam masa kandungan menerima tambahan hormon pria ( enderogen ) maka hal itu akan membuat pusat pengendalian perkawinan pada otak menjadi maskulin. Itu artinya sebagai seorang wanita, dia akan lebih tertarik pada wanita lainnya. Dan jika pusat pengendaliannya menjadi maskulin, wanita itu akan bersikap tomboy atau disebut 'butch' ( pacar wanita). Pun begitu jika pusat pengendaliannya tidak diubah menjadi maskulin, wanita itu akan tetap bersikap feminin tapi kecenderungannya masih tetap pada wanita lain, bukan pria.

Ada dua pusat pengendalian utama yang tehubung dengan perilaku homoseksual, yaitu pusat pengendalian perkawinan dan pusat pengendalian perilaku. Disinilah yang utama dimana wanita dan pria lebih cenderung ke arah mana.

Jika dipikir-pikir, jadi solusi seperti apa yang harus diambil untuk kaum ini? Karena bagi kita hal ini masih lah sesuatu yang tabu Berbeda dengan asal pengarang ini Australia dan barat yang menganggap hal ini sesuatu yang biasa. Dan jika dikembalikan kedalam Islam pun, hal ini tidak ada dalam Islam. Ingat dengan kaum nabi Luth? bagaimana akhirnya Allah menurunkan azabnya bagi mereka. Pasti ada penyembuh dibalik semua ini. Harus dioperasi gitu otaknya? Terusnya dibenerin hormon yang ada? Wallohualam. Yaa.. pastinya tidak semudah itu. Dan menurut saya Agama adalah jawabannya. Lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Karena Dia adalah Maha Segala yang mempunyai akan semua yang ada dalam diri kita. Jika diri kita memang ingin berubah dan tidak pasrah dengan keadaannya sebagai seorang homo. Ingat dengan Quran surat Ar-Rad (13) ayat 11 dikatakan "..... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri....."

Sebenarnya masih luas kalau mau dibahas, cakupan buku ini. Tapi disini saya mengutip beberapa bagian yang masih saya ingat pastinya dan beberapa yang menarik untuk dibagi. Saya sangat menyarankan buku ini bagi mereka yang ingin memahami pasangannya lebih jauh. Kenapa pria begitu tidak peka dan kenapa yang namanya wanita begitu sensitif? Baca lah buku ini.

Baca ... baca dan baca..... Tiada hari tanpa membaca.

" Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan"
QS Al-Alaq (96); 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar